Saturday, September 14, 2013

Strategi Genius Bisnis Ala Rasulullah

Oleh : Muhammad Iqbal bin Adam / Ekonomi syari'ah 4

Pada dasarnya, suku kata bisnis merupakan istilah yang sering kali ditekankan pada tiga hal yang mencakup: 1. Usaha perseorangan secara kecil-kecilan. 2. Usaha besar seperti pabrik, transport, restoran, hotel dll. 3. Usaha dalam bidang srtuktur ekonomi suatu bangsa dan negara.
Sederhananya, jika dipahami secara simplifikatif, bisnis bisa diartikan sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang maupun jasa untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Bagi seorang muslim yang sudah seharusnya konsep strategi marketing dan etika bisnis diterapkan dalam semua bidang usaha bisnis dengan berpegang teguh pada al-quran dan hadits nabawiyah. Karena memang pada dasarnya, dalam ajaran suci agama islam keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan yang bisa diibaratkan seperti sudut magnet utara bertemu dengan sudut magnet selatan.
Islam adalah sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, tanpa terkecuali dalam wacana bisnis, mulai dari prinsip dasar faktor-faktor produksi, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, tenagakerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, hingga pada persoalan etika sosio-ekonomik yang berkaitan erat dengan hak milik dan hubungan sosial.
Rasulullah SAW tidak hanya tercatat sebagai Rasul penyempurnaan agama-agama semitisme, melainkan juga tercatat sebagai pakar ekonomi dengan predikat international.
Beberapa hal mendasar yang mesti kita ketahui tentang Rasulullah SAW dalam bidang bisnis ini diantaranya:
·         UpayaRasulullah SAW dalam hal merintis bisnisnya. Bahwasanya mentalitas dan karakter kepribadian merupakan aspek dari kesuksesan di dunia bisnis.
·         Ketekunan Rasulullah SAW serta kejelian dan kesuksesan bisnis yang dijalaninya. Hal ini berkaitan erat dengan pengalaman bisnis beliau baik itu tentang strategi pemasaran, customer service, maupun bagaimana cara Rasulullah SAW menghadapi para pesaing.
·         Nasihat-nasihat Rasulullah SAW yang kemudian bermetamorfosis menjadi kiat-kiat sukses untuk para pebisnis modern. Tentunya tidak hanya sukses di dunia, melainkan juga sukses di akhirat.
·         Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya  kunci sukses dalam memenangkan persaingan terletak pada tingkat penambahan pelayanan, kualitas termasuk juga memberikan kemudahan pada konsumen guna untuk mempromosikan produk yang kita tekuni.
·         Konsep semacam ini didukung oleh US News and World Report yang menyebutkan bahwa 69% penyebab pelanggan pindah dari perusahaan ke perusahaan yang satu ke yang lainnya adalah karena pelayanan kurang kurang baik. Sementara produk yang tidak baik menempati pada peringkat kedua, yakni 12%, harga 10%, dan lokasi 9%.
·         Sederhananya dalam marketing, pelayanan berada pada peringkat pertama. Sementara, konsep strategi markiting ala Rasulullah dengan sangat jelas menempakan pelanggan sebagai raja. Dari sini dapat kita ketahui bahwa sejak abad ke 14 yang lalu, Nabi SAW telah menerapkan dan mengetahui konsep ini.
Secara de facto, dari jejak sejarah hingga realitas yang terjadi dewasa ini,notabene kensep bisnis yang bermuara dari kapitalisme dan sosialisme mengabaikan etika dalam berbisnis. Adapun islam yang telah lahir sejak abad pertengahan sudah menyadari akan pentinganya etika dalam berbisnis. Sederhananya, sebenarnya etika bisnis bukan wacana baru dalam islam. Bahkan, tidak sedikitnya ayat-ayat suci al-quran yang menyinggung tentang bisnis. Perhatikan firman Allah Swt berikut ini:
فاذا قضيت الصلاة فانتشروا في الآرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثىرا لعلكم تفلحون(10)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung.” (QS. Al-jumu’ah[62]:10).
Dalam kitab suci al-quran disinggung pula tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis, saling ridha dalam berbisnis serta bebas dari kecurigian atau penipuan, semisal membuat administrasi kredit dalam bisnis. Seperti yang dijelaskan di al-quran. Lihat QS: Al-Baqarah[2]:(282).
Pada saat berniaga, beliau tidak hanya sebatas melakukan berbagai macam transaksi, melainkan juga mempraktikkan tata cara mind share, market share, heart share dengan begitu elegan. Hal ini terbukti dengan kemampuan Rasulullah SAW dalam memosisikan dirinya pada segmen pasar bisnis yang dituju.
Saat melakukan transaksi perdagangan, Rasulullah SAW tidak hanya menyentuh atau memperhatikan faktor geografis dan demografi, melainkan juga menyentuh dan memperhatikan faktor psikologis serta individu sebagai segmen pasar terkecil. Kehebatan Rasulullah SAW dalam melancarkan kiat-kiat strategi bernegosiasi hingga keterbukaan dalam bertransaksi menjelmakan kemampuan beliau dalam hal merebut market share dan konsumen.

Rasulullah juga peka dan mampu memahami kondisi pasar pada saat itu. Beliau mengetahui bahwa jumlah permintaan (demand) jauh lebih tinggi daripada jumlah penawaran (supply). Tidak salah lagi,ketika barang dagangan orang-orang Quraisy Makkah habis terjual, para konsumen pun kemudian berbondong-bondong membeli barang dagangan beliau dengan harga normal. Maka beliau mendapatkan profit yang lebih.

Gontor, Kampus Siman 14 September 2013

0 comments:

Post a Comment