Oleh : Muhammad Iqbal bin Adam / Ekonomi syari'ah 4
Pada dasarnya, suku
kata bisnis merupakan istilah yang sering kali ditekankan pada tiga hal
yang mencakup: 1. Usaha perseorangan secara kecil-kecilan. 2. Usaha besar seperti pabrik, transport, restoran,
hotel dll. 3. Usaha dalam bidang srtuktur ekonomi suatu bangsa dan negara.
Sederhananya, jika dipahami secara simplifikatif, bisnis bisa
diartikan sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang maupun jasa untuk dikonsumsi
oleh masyarakat.
Bagi seorang muslim yang sudah seharusnya konsep strategi
marketing dan etika bisnis diterapkan dalam semua bidang usaha bisnis dengan berpegang
teguh pada al-quran dan hadits nabawiyah. Karena memang pada dasarnya, dalam ajaran
suci agama islam keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan
yang bisa diibaratkan seperti sudut magnet utara bertemu dengan sudut magnet
selatan.
Islam adalah sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan
manusia secara menyeluruh, tanpa terkecuali dalam wacana bisnis, mulai dari prinsip
dasar faktor-faktor produksi, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, tenagakerja,
modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi
dalam bisnis, hingga pada persoalan etika sosio-ekonomik yang berkaitan erat dengan
hak milik dan hubungan sosial.
Rasulullah SAW
tidak hanya tercatat sebagai Rasul penyempurnaan
agama-agama semitisme, melainkan juga tercatat sebagai pakar ekonomi dengan predikat international.
Beberapa hal mendasar
yang mesti kita ketahui tentang Rasulullah SAW dalam bidang bisnis ini diantaranya:
·
UpayaRasulullah
SAW dalam hal merintis bisnisnya. Bahwasanya mentalitas dan karakter kepribadian merupakan aspek dari kesuksesan di dunia bisnis.
·
Ketekunan Rasulullah
SAW serta kejelian dan kesuksesan bisnis yang dijalaninya. Hal ini berkaitan erat dengan pengalaman bisnis beliau baik itu tentang strategi pemasaran, customer service, maupun bagaimana cara Rasulullah
SAW menghadapi para pesaing.
·
Nasihat-nasihat Rasulullah
SAW yang kemudian bermetamorfosis menjadi kiat-kiat sukses untuk para pebisnis modern. Tentunya tidak hanya sukses di dunia, melainkan juga sukses di akhirat.
·
Seperti yang telah kita ketahui
bahwasannya kunci sukses dalam
memenangkan persaingan terletak pada tingkat penambahan pelayanan, kualitas
termasuk juga memberikan kemudahan pada konsumen guna untuk mempromosikan
produk yang kita tekuni.
·
Konsep semacam ini didukung oleh US News and
World Report yang menyebutkan bahwa 69% penyebab pelanggan pindah dari
perusahaan ke perusahaan yang satu ke yang lainnya adalah karena pelayanan
kurang kurang baik. Sementara produk yang tidak baik menempati pada peringkat
kedua, yakni 12%, harga 10%, dan lokasi 9%.
·
Sederhananya dalam marketing, pelayanan berada
pada peringkat pertama. Sementara, konsep strategi markiting ala Rasulullah
dengan sangat jelas menempakan pelanggan sebagai raja. Dari sini dapat kita
ketahui bahwa sejak abad ke 14 yang lalu, Nabi SAW telah menerapkan dan
mengetahui konsep ini.
Secara de facto, dari jejak sejarah hingga realitas yang
terjadi dewasa ini,notabene kensep bisnis yang bermuara dari kapitalisme dan
sosialisme mengabaikan etika dalam berbisnis. Adapun islam yang telah lahir
sejak abad pertengahan sudah menyadari akan pentinganya etika dalam berbisnis. Sederhananya,
sebenarnya etika bisnis bukan wacana baru dalam islam. Bahkan, tidak sedikitnya
ayat-ayat suci al-quran yang menyinggung tentang bisnis. Perhatikan firman
Allah Swt berikut ini:
فاذا قضيت الصلاة فانتشروا في الآرض
وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثىرا لعلكم تفلحون(10)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kalian di muka bumi, dan carilah karunia Allah serta ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung.” (QS. Al-jumu’ah[62]:10).
Dalam kitab suci al-quran disinggung pula tentang pentingnya
menjaga hubungan harmonis, saling ridha dalam berbisnis serta bebas dari kecurigian
atau penipuan, semisal membuat administrasi kredit dalam bisnis. Seperti yang
dijelaskan di al-quran. Lihat QS: Al-Baqarah[2]:(282).
Pada saat berniaga, beliau tidak hanya sebatas melakukan
berbagai macam transaksi, melainkan juga mempraktikkan tata cara mind share, market
share, heart share dengan begitu elegan. Hal ini terbukti dengan kemampuan
Rasulullah SAW dalam memosisikan dirinya pada segmen pasar bisnis yang dituju.
Saat melakukan transaksi perdagangan, Rasulullah SAW
tidak hanya menyentuh atau memperhatikan faktor geografis dan demografi, melainkan
juga menyentuh dan memperhatikan faktor psikologis serta individu sebagai
segmen pasar terkecil. Kehebatan Rasulullah SAW dalam melancarkan kiat-kiat
strategi bernegosiasi hingga keterbukaan dalam bertransaksi menjelmakan
kemampuan beliau dalam hal merebut market share dan konsumen.
Rasulullah juga peka dan mampu memahami kondisi pasar
pada saat itu. Beliau mengetahui bahwa jumlah permintaan (demand) jauh lebih
tinggi daripada jumlah penawaran (supply). Tidak salah lagi,ketika barang
dagangan orang-orang Quraisy Makkah habis terjual, para konsumen pun kemudian
berbondong-bondong membeli barang dagangan beliau dengan harga normal. Maka
beliau mendapatkan profit yang lebih.
Gontor, Kampus Siman 14 September 2013
0 comments:
Post a Comment